PAMERAN SENI RUPA DARTIN YUDHA SERASA NADRAN NELAYAN PANTURA
Saturday, May 10, 2014
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJIzRKCYx4gEXX8rc9cOKWUm_miYkTx0tZ1h2znw3BoN7U40_I-M2UGU5DlDfeMbkKhGbhDfsdfMSeUErbp7u9uMilZjLh5g-_gLBXMhVo_TX3WTi9Lek0qV1qp4Dq6zz4LB_AKqeLtegU/s1600/10174811_749795228378527_4404506863570472971_n.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4tKJ2NcY_l_iM9ApktEl5iGGNTggmjpN8lj0qoHriWSS9u2uLfHCO3OKimYjqqY9vDz-vhc0cchtBaiZ2kqBCJ0cTAdMkzwoRbZXvM3R2nJ34HR8JYRYjQDPc9xOR1dabpEmJTboERQ2f/s1600/10245529_749797301711653_4028265157102407804_n.jpg)
Menurut budayawan
Pantura Nurochman Sudibyo Kesenian Sintren dibut oleh Ki Seca Branti, saudara
seperguruan Pangeran Diponegoro. Ditegaskan oleh Dalang Ki Tapa Kelana bahwa
Kesenian ini digunakan oleh pasukan Doponegoro untuk berkirim sandi ke berbagai
masyarakat guna mengumpulkan dana dan member petunjuk arah perjuangan melaean
Belanda,Kegiatan perform kesenian tradisi dari Cikedung ini berlanjut dengan
jaran lumping hingga pagi hari harus diulang karena animo masyarakat sangat
begitu antusias. Untuk Jaran Lumping Nurochman menegaskan bahwa Jaran atau
turangga adalah pencapaian drajat bagi seorang laki-laki sejati ejak jaman
Majapahit. Turangga yang dimaknai sebagai kendaraan khusus hingga kini masih
menjdi kebutuhan semua orang. Jaran Lumping sebuah kesenian yang seolah
sindiran pada penguasa yang tidak eling dan membiarkan rakyatnya kesurupan
makan beling dan rumput.
Siang hari minggu
hingga sore Panti budaya atau Wisma Darma diramaikan dengan pentas band dari
Fans NOAH.
Malam Selasa, Dalang Ki Tapa Kelana memainkan
aksinya dengan bercerita dengan lakon “RERAWUD BANDA KAYA NUSWANTARA” dengan
menggunakan media wayang Alang-alang ki Tapa Kelana atau Nurochman Sudibyo
seperti hendak menyampaikan pesan social terkait peranan KPUD, para pemilik
libido politik yang mencalonkan diri menjadi anggita DPR, yang menghasilkan
suara banyak dengan money politik dan yang kalah karena tak mampu bersiasah.
Juga yang berebut kursi dengan cara demo tak puas karena suaranya merasa
dirusak oleh orang lain dan bisa jadi dirusak dirinya sendiri karena ketika
masih menjadi anggota DPRD tak melakukan reses dan Sedang malam harinya atau Malam senin, diisi
diskusi oleh para seniman terkait pertunjukan dan karya seni yang tengah
dipamerkan oleh Dartin Yudha. Kurang memperjuangkan aspirasi rakyat. Malam itu
Dalang wayang Alang-alag menggetarkan malam dengan perang rasa, emosi, dan
nafsunya sendiri, sehingga menurutnya kursi yang maha tinggi itu hanyalah KURSI
ILLAHI..
Hingar binger di
Pameran Seni Lukis Abstrak Karya Dartin Yudha mencipta daya tarik bagi public
seni masyarakat Indramayu. Ruang pamer gedung Kesenian Panti Budaya dari pagi
hingga malam masih memberi denyut kemenarikan tersendiri. Pegunjungpun tak Cuma
kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga kalangan wiraswastawan dan pejabat
teras Pemkab Indramayu. Sejak pertama dibuka karya-karya senirupa Dartin produk
2014 laris manis. Tak kurang 4 buah karyanya dibeli kolektor local dengan harga
jutaan rupiah. Begitu juga sampai hari terakhir terhitung 7 buah karya Dartim
Yudha terjual sukses.
Di hari Rabu Jika sejak pangi agak
lengang di ruang pamer, Sore harinya di tengah latar gedung diselenggarakan
diskusi bertajuk Mengupas Sejarah Indramayu dari sudut pandang seorang Filolog
kenamaan Indramayu Ki Tarka Hanacaraka sang penerjemah naskah kuno dan ahli
aksara jawa ditemani Supali Kasim Spd, MPd. Yang juga pemerhati sejarah secara
bergantian menggulirkan tema yang sengaja dibangun bersama audiens yang juga
para pecinta sejarah.
Ki Tarka dalam makalah yang
dipaparkan sengaja mengulas berbagai persoalan yang mengganjal pada beberapa
naskah yang ditemukannya menyangkut tokoh legendaris Raden Wiralodra. Dalam
temuannya Ki Tarka menemukan banyak perbedaan tentang keberadaan orang nomor
satu pertama didukuh Cimanuk tersebut. Hal itu juga diperkuat dengan pendapat
Supali Kasim yang dalam penetiannya juga menyangsikan pembabakan dapecinta
sejarah Indramayu.
Dalam penuisan
Sejarah Indramayu terdapat banyak kesalahan tahun, pembabakan sejarah, sehinga
tidak singron anatara penulisan dengan tahun nama-nama yang tertera ada di
jamannya. Bahkan asumsi-asumsi berbeda lainnya pun diungkapkan oleh para penanya
sebagaimana diungkap Nurochman Sudibyo dan Amir Syarifudin sarjana IAIN Jurusan
Sejarah Islam dari KUA Patrol, Mulyono Panji Darusalam, Dalang Karto, Siswo
Hadi Prayitno alias Tawon dan tak kurang dari 50 orang. Puncak diskusi pun emudian mengarah pada rencana
gugatan di masa depan terkait perubahan Hari Jadi dan penulisan Sejarahnya
khusus mengenai sejarah Indramayu. Dengan begit anak-cucu dimasa depan tidak
dibuat bingung.
Kegiatan selanjutnya
ada Work Shop melukis oleh Dartim Yudha, Diklat music bersama Mas Yudo, dan di
malam Jumat kemarin digelar aktifitas penari dari Sanggar Melati Ayu pimpinan
Rokhman-Rokhim si kembar yang baru saja sukses membawa anak-didiknya ke even
besar Hari Tari Sedunia 29 April 2014 lalu.
Malam samtu, 9 Mei
2014 di latar Gedung pantibudaya kembali keramaian puncak pameran Seni Lukis
Abstrak Karya Dartim Yudha bertema “Painting Over Old Money” mencapai puncaknya. Kegiatan yang diprakarsai
IKAPMI DI Yogyakarta atau Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Indramayu Alumus Yogyakarta yang diketuai Doddy Saeful Islam
SH. Notaris muda Indramayu yang sangat perhatian terhadap kegiatan seni dan
budaya. Bahkan dalam sambutannya Doddy bercita cita ingin membangun sekolah
seni di Indramayu. Ia sangat diharapkan oleh masyarakat seni di masa depan
dapat tampil ikut serta membangunIndramayu menuju titik cerah yang lebih
sempurna. Kegitan Pameran Dartim Yudha pun berkhir dengan sukses. Semua berkat
dukungan berbagai kelompok dan personal seperti Dewan kesenian indramayu,
Seniman, budayawan, Fotografer, wartawan seni budaya dan budayawan-budayawan
yang tak kenal lelah membangun daerahnya dari sisi lain meski harus patungan
dan mencari sponsor dari pemerhati seni budaya daerahnya.*** (Rofi)